Beliausaw, menjawab; “ Insya Allah, engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai,”. Suatu ketika, seorang sahabat telah menghadiri majelis rasulullah saw. Dan berkata: “Wahai Rasulullah, saya mencintai dirimu lebih dari pada mencintai nyawa, harta dan keluarga saya sendiri. Jika saya berada dirumah, maka saya selalu memikirkanmu.
Kedua mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan ibadah yang sunnah, setelah mengerjakan ibadah yang wajib. Dengan inilah seseorang akan mencapai tingkat yang lebih mulia yaitu menjadi orang yang mendapatkan kecintaan Allah dan bukan hanya sekedar menjadi seorang pecinta. Ketiga, terus-menerus mengingat Allah dalam setiap keadaan, baik
Menghayatisegala bentuk ibadah, sehingga pelaksananya tidak sekedar apa yang terlihat secara lahiriyyah, namun lebih dari itu, memahami makna hakikinya. b. Riyadhoh (latiahan) dan mujahadah (perjuangan) yakni berjuang dan berlatih membersihkan diri dari kekangan hawa nafsu, dan mengendalikan serta tidak menuruti keinginan hawa nafsuny
FaidahHadits. 1. Keutamaan pemimpin yang adil dan ia memperoleh lindungan dari Allah. Di dahulukannya penyebutan pemimpin yang adil ini, karena begitu banyak kemaslahatan dan kebaikan terkait dengannya. 2. Keutamaan seorang pemuda yang menjauhi maksiat dan memantapkan diri untuk taat kepada Allah ta’ala. 3. Keutamaan orang yang rajin ke
Olehkarena itu, dari sisi ini sebagian ulama berpendapat bahwasanya sabar dalam menjalankan ketaatan lebih utama daripada sabar dalam meninggalkan maksiat. Ini di antara pembahasan para ulama terkait yang mana lebih utama dari bentuk-bentuk kesabaran. Akan tetapi kenyataannya, bisa jadi kita merasakan bahwa sabar dalam menghadapi musibah jauh
ArtiMuhasabah – Muhasabah ( مُحَاسَبَةَ ) secara kata perkata ialah melakukan perhitungan sedangkan makna secara istilah syar’i yaitu ialah melakukan penilaian / evaluasi diri. Lebih lengkapnya simaklah penjelasan kami mengenai Arti Muhasabah, Hadist tentang Muhasabah, Manfaat dan Pentingnya Muhasabah Lengkap di bawah ini. Arti
Danpara ahli ilmu ketika berbicara tentang ayat ini mengatakan, "Bahwa kalimat ibadah secata khusus maknanya adalah Tauhid, karena seluruh ibadah membutuhkan Tauhid." Atau kalimat Ibadah mencakup seluruhnya daripada ibadah2 yang diridhoi oleh Allah, dan yang terpenting dari seluruh ibadah itu adalah Tauhid. - Makna beribadah itu adalah Tauhid.
5 Menjaga perasaan seorang muslim adalah ibadah. Menyakiti hati seorang muslim dosanya lebih besar dari menghancurkan ka'bah. Siapa saja yang membuat senang hati seorang muslim, maka Allah akan membuatnya senang kelak di hari akhir. 6. Orang yang tinggi akhlaknya, walaupun rendah ilmunya lebih mulia dari orang yang banyak ilmunya tapi kurang
lH7u82. Bagaimana bisa seorang ahli ibadah lebih buruk dari pada mereka yang ahli zina, ahli judi, ahli mabuk-mabukan, dan ahli maksiat lainnya? Seperti yang dikisahkan, seseorang yang dijuluki Khali’ yaitu seorang pemuda yang suka berbuat kemaksiatan besar. Pada suatu waktu ia bertemu dengan seorang abid, yakni seorang yang taat beribadah dari kaum Bani Israil. Lalu si khali’ berkata, “Aku adalah seorang pendosa yang suka berbuat kemaksiatan, sementara orang itu adalah seorang abid, sebaiknya aku duduk disebelahnya, dan Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepadaku dan memaafkan dosaku.” Kemudian si khali’ duduk disebelah si abid. “Aku adalah seorang yang taat beribadah, sementara pria ini adalah seorang yang amat suka berbuat kemaksiatan, pantaskah aku duduk bersebelahan dengannya?” gumam si abid. Dan tiba-tiba si abid memaki serta menendang si khali’ hingga jatuh tersungkur. Lalu Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW mengenai peristiwa ini. “Perintahkanlah kepada kedua orang ini yaitu abid dan khali’ untuk memperbanyak amal mereka. Sesungguhnya Aku benar-benar telah mengampuni dosa-dosa khali’ dan menghapus semua amal ibadah abid.” Dengan demikian semua dosa-dosa yang pernah diperbuat oleh si ahli maksiat menjadi terhapuskan karena ia merasa takut kepada Allah SWT atas semua dosa yang telah dilakukannya, sementara Allah SWT menghapuskan semua amal ibadah yang telah dikerjakan oleh si ahli ibadah karena sifatnya yang sombong dan merasa dirinya lebih mulia dibandingkan si ahli maksiat. Apa yang sebenarnya membuat kedudukan si alim lebih rendah daripada si maksiat adalah sikapnya yang begitu menyombongkan diri dan menganggap mulia dirinya. Sedangkan seseorang yang suka bermaksiat itu menyadari dan menimbulkan rasa hina pada dirinya sendiri. Apalagi ahli ibadah juga menghakimi dan menghujat bahwa orang yang bermaksiat itu tidak pantas duduk bersandingan dengannya. Padahal hanya Allahlah yang pantas untuk memberi penghakiman terhadap orang lain. Hal ini tentunya dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua, Sedikit amal bisa membuat kita memandang rendah orang lain. Sedikit amal membuat kita menjadi hakim atas tindakan benar-salahnya orang lain. Sebuah kisah yang hampir sama juga diceritakan di dalam kitab Sittuna Qishshah yaitu “kisah ahli ibadah yang masuk neraka dan ahli maksiat yang masuk surga”. Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Pada zaman Bani Israil dahulu, hidup dua orang laki-laki yang berbeda karakternya. Yang satu suka berbuat dosa dan yang lainnya rajin beribadah. Setiap kali orang yang ahli ibadah ini melihat temannya berbuat dosa, ia menyarankan untuk berhenti dari perbuatan dosanya. Suatu kali orang yang ahli ibadah berkata lagi, Berhentilah dari berbuat dosa.’ Dia menjawab, Jangan pedulikan aku, terserah Allah akan memperlakukan aku bagaimana. Memangnya engkau diutus Allah untuk mengawasi apa yang aku lakukan.’ Laki-laki ahli ibadah itu menimpali, Demi Allah, dosamu tidak akan diampuni oleh-Nya atau kamu tidak mungkin dimasukkan ke dalam surga Allah.’ Kemudian Allah mencabut nyawa kedua orang itu dan mengumpulkan keduanya di hadapan Allah Rabbul’Alamin. Allah ta’ala berfirman kepada lelaki ahli ibadah, Apakah kamu lebih mengetahui daripada Aku? Ataukah kamu dapat merubah apa yang telah berada dalam kekuasaan tanganKu.’ Kemudian kepada ahli maksiat Allah berfirman, Masuklah kamu ke dalam surga berkat rahmat-Ku.’ Sementara kepada ahli ibadah dikatakan, Masukkan orang ini ke neraka’.” HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Mubarak dalam Az-Zuhd, dan Ibnu Abi Dunya dalam Husn Az-Zhan, dan Al-Baghawi Syrah As-Sunnah Kedua cerita di atas sama- sama mengajarkan bahwa seseorang yang mulia dan lebih tinggi derajatnya tidak hanya dilihat dari banyak atau sedikitnya dosa, tapi juga dilihat implikasi atau dampak dari amal itu. Jika dia yang banyak amal baiknya menjadi takabur dan sombong tentunya semua amal itu akan lenyap. Sedangkan jika si pendosa merasa bersalah dan berusaha untuk bertobat maka akan musnahlah seluruh dosanya. Rasulullah SAW bersabda “Jika kalian tidak pernah melakukan dosa, niscaya sesungguhnya yang paling ditakutkan pada kalian adalah yang jauh lebih dahsyat yaitu ujub merasa kagum pada diri sendiri.” HR. Imam Ahmad Seperti yang sudah banyak diceritakan, kesombongan selalu membawa bahaya dan menghilangkan segala kemuliaan. Bahkan seorang yang maksiat saja bisa lebih baik dari ahli ibadah apabila sang ahli ibadah dibutakan dengan kesombongannya. Sedangkan seorang yang maksiat menyadari begitu rendahnya dia dan mengakui dosanya. Wallahu a’lam.
Banyak kisah terdahulu yang bisa kita jadikan pelajaran hidup. Salah satunya kisah ahli ibadah yang pahalanya dihapus oleh Allah kitab Fathul Muin, Syeikh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari menceritakan kisah ahli ibadah yang bertemu dengan ahli maksiat pada zaman Nabi terdahulu. Simak ya kisahnya!Suatu ketika ada seorang ahli maksiat yang sangat durhaka. Ia juga tidak pernah beribadah selama tiba-tiba hidayah Allah datang kepada dirinya. Si ahli maksiat merasa berdosa dan ingin bertaubat. Ia sadar bahwa dirinya telah ia pun mendatangi sebuah majelis dan ingin belajar di tempat tersebut. Di dalam majelis ini ada seorang ahli ibadah. Ia sangat rajin beribadah seperti salat, puasa, mengaji, dan amalan-amalan saleh ketika si ahli maksiat yang sudah bertaubat itu masuk ke dalam majelis, si ahli ibadah ini malah merasa tidak ahli ibadah merasa si ahli maksiat tak pantas di majelisnya. Terdapat kesombongan di dalam hatinya karena merasa banyak beribadah dan menjadi orang dilansir Muslim Moderat, bahkan si ahli maksiat itu akhirnya diusir oleh si ahli ibadah. Dengan perasaan yang sedih, akhirnya ahli maksiat ini pergi meninggalkan majelis. Kemudian, tak lama setelah kejadian tersebut Malaikat Jibril turun dan menyampaikan wahyu dari Allah SWT kepada Nabi."Wahai Nabiyullah, sesungguhnya Allah telah mengampuni si ahli maksiat, sekaligus menghapus segala amal si alim. Ketahuilah, bahwa Allah lebih dekat kepada ahli maksiat yang rendah diri. Dibandingkan kepada orang alim yang sombong," kata Malaikat Jibril kepada ahli ibadah ini hendaknya jadi renungan dan pelajaran kita semua. Jangan sampai dengan beribadah kita merasa lebih baik dan lebih beriman daripada orang lain sebab itu adalah sifat riya dan sombong.